takpenting

coretan Takpenting

Kultwit Part 3

Posted by takpenting pada Desember 12, 2010

kembali saya copy-paste dari kultwitnya @cliffmubarak semoga bermanfaat 🙂

“Semua agama sama, semua agama benar”itulah salah satu pemikiran dr penganut paham Pluralime Agama dan Liberalisme Islam.

Paham smacam itu jls mnolak kbnaran eksklusif akidah islam, & mmprsamakan Islam dg semua agama (agama lain jg rugi lho).

Krenanya, Fatwa MUI dlm Munasnya ke-7, merumuskan fenomena pngembangan paham ini & statusnya sbg paham yg brtentangan dg islam.

Keresahan atas gagasan-gagasan Islam liberal telah lama dirasakan banyak pihak.

Dalam Muktamar NU di Boyolali, direkomendasikan penolakan paham liberalisme dan ekstrimisme Islam.

Sikap anti Islam liberal ditunjukkan dg tdk dipilihnya Abdul Munir Mulkhan & Amin Abdullah dlm jajaran PP Muhammadiyah, krn liberal.

Sejumlah kalangan memberikan reaksi penolakan atas gagasan “penyegaran pemikiran Islam” yang disuarakan oleh Ulil*

Bahkan Ulil* sempat difatwa mati oleh sejumlah ulama yang tergabung dalam Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Puncak dari penolakan tersebut terjadi saat MUI mengadakan Musyawarah Nasional VII di Jakarta, Juli 2005.

Fatwa yg mnyatakan sekularisme, liberalisme & sekularisme Islam sbg sesat trsebut seakan mnjdi gong pperangan trhdp klmpk Islam liberal.

Pertarungan wacana antara Islam liberal dengan penentangnya telah lama berlangsung di negeri ini.

Meski demikian patut disayangkan karena sikap-sikap penolakan tersebut selama ini masih terkesan emosional dan apologetik.

Pemikiran Islam Indonesia menemukan dinamikanya dg lahirnya skelompok intelektual muda yg resah trhadap fnomena liberalisme Islam.

Brbeda dg klmpk serupa yg lain, intelektual muda ini mncoba mngcounter wcana liberalisme Islam sbg seorang ilmuan dg sikap ilmiahnya.

Sbagaimana kebanyakan aktivis Islam liberal yg brlatar belakang pndidikan tinggi & keakraban dg metodologi kajian agama kontemporer.

Sprti pndefinisian pluralisme agama yg diberikan oleh Ulil & Syafii Anwar sbg sikap mnghargai realitas prbedaan dlm masy (mutual respect).

Kedua pemikir liberal tersebut mencoba mengelabui masyarakat dengan mengaburkan makna sebenarnya dari pluralisme agama.

Pluralisme agama menyatakan semua agama sebagai jalan-jalan yang sah dan benar menuju Tuhan??

Pluralisme mengajarkan sikap mengakui adanya kebenaran dalam setiap agama.

Seorang pemeluk agama tidak berhak mengklaim agamanya sebagai satu-satunya agama yang benar atau yang paling benar.

Sikap ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari sikap inklusivisme agama dan kritik atas sikap eksklusif.

Inklusivisme brarti pngakuan adanya kbenaran di agama lain, ttp tdk sesempurna kebenaran yang dimiliki agama yang dianutnya.

Sebaliknya, eksklusif adlh klaim kbnaran mutlak hnya trdpat dlm satu agama, agama lain dianggap sesat & tdk mnyelamatkan.

Pemikir liberal tau kebenaran ttp mereka selalu membantah dan mencari argumen untuk menguatkan opininya.

Yang demikian itu disebut al-‘inadiyah.

Pemikir liberal bersikap takabbur, menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Mereka mnyatakan orang2 yg brpegang pd Qur’an & hadits sbg dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dll.

Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, relativistic dan skeptis justru dianggap sebagai pembaharu, kritis, dsb.

Mereka dg sengaja memutarbalikkan data dan fakta dengan berbagai argumennya, bahkan ayat dan hadits pilihan & pelintiran pun digunakan.

Kesalahan dijadikan seolah-olah benar, dan kebenaran dikaburkan sehingga membuat masyarakat menjadi bingung.

Marilah kita beranjak ke pluralisme, yg mana pluralisme juga merupakan salah satu bagian trio ulat agama.

Pluralisme agama merupakan suatu yang agung bagi komponen masyarakat barat dalam tatanan kehidupan sekulerisme.

Pluralisme (makna lain): nilai kebenaran agama dapat diambil dari agama yang lain

Padahal pra-syarat yang ada dalam islam menjelaskan bahwa islam telah dinyatakan sebuah agama sekaligus pandangan hidup yang sempurna.

Pluralisme itu sendirilah yang pada akhirnya membatasi nilai-nilai agama yang diagungkan.

Misal saja nih, pluralisme menganggap bahwa jilbab dan kerudung merupakan bentuk penolakan dari keberagaman itu sendiri.

Padahal, jilbab dan kerudung adalah nilai penting dari kewajiban seorang muslimah.

Pluralisme yang senantiasa di bicarakan oleh masyarakat barat, ternyata tidak juga menghargai minoritas muslim di negaranya.

Inilah pada faktanya, Pluralisme hadir bukan untuk menghargai budaya tapi menghancurkan budaya.

ISLAM justru MENGHARGAI nilai-nilai keberagaman dan PLURALITAS yang menghargai pluralitas dan keberagaman lainnya.

Negeri Andalusia (Spanyol) dulu dikenal sbg negeri 3 agama: Nasrani dan Yahudi hidup brdmpingan dg islam yg saat itu brkuasa dg adil & sentosa.

Kekinian kekhawatiran islam tdk menghargai pluralitas bukan saja dirasakan oleh non-muslim tapi juga dari muslim itu sendiri.

Sekulerism: bdaya barat adlh budaya terdepan telah menyeret kaum muslimin dlm tatanan khidupan masyarakat yg tdk mempunyai nilai moral.

Dimana akal dan pikiran manusia menjadi landasan bukan berasal dari kesucian dan nilai-nilai agama.

Pemikir liberal: kalau anda mengusung islam maka anda mengecam nilai-nilai perbedaan???

Pernyataan tendensius tadi, merupakan bentuk kesalahpahaman menilai islam.

Seakan-akan isu yang terlihat di media massa saat ini, memperlihatkan islam mengecam perbedaan.

Negeri yg melahirkan pluralisme: AS, Perancis, Inggris & Belanda, Islam dipojokan & dianggap suatu kbdayaan yg tak sesuai pluralisme.

Padahal, pluralisme yang mengagungkan keberagaman ternyata tidak mampu menerima perbedaan dari islam.

Justru kelompok2 pengusung pluralisme mngarahkan dunia pd satu agama brsama yg tentu melanggar fitrah manusia yg bragama & mmiliki akal.

Karena pluralisme agama sejalan dengan agenda globalisasi, ia pun masuk kedalam wacana keagamaan agama-agama, termasuk Islam.

Ketika paham ini masuk kedalam pemikiran keagamaan Islam respon yang timbul hanyalah adopsi ataupun modifikasi.

Respon yg tdk kritis ini akhirnya justru meleburkan nilai2 dan doktrin2 keagamaan Islam dlm arus pemikiran modernisasi dan globalisasi.

Para pendukung paham pluralisme ini sangat getol berupaya memaknai kembali konsep Ahlul Kitab.

Tentunya dengan mengesampingkan penafsian para ulama yang otoritatif. Kalau pun ada, dg ulama “pilihan”

Dalam memaknai konsep itu  proses dekonstruksi dengan menggunakan ilmu-ilmu Barat modern dianggap sah-sah saja.

Paham pluralisme agama trnyata bkan hanya sbuah wacana yg sifatnya teoritis, tapi telah merupakan gerakan sosial yang cenderung politis.

Karena gerakan sosial, maka wacana teologis dan filosofis ini akhirnya diterima masyarakat awam sbg paham persamaan agama2.

Tokoh2 masy: artis, aktifis LSM, tokoh politik tidak segan2 mngatakan bhwa semua agama sama, tdk ada agama yg lbh benar dr agama lain.

Justru islam datang untuk memberangus pluralisme dan menjadikan pluralitas agama dihargai dan dihormati.

Membangun peradaban dunia yang bertolak pada semangat perbedaan tanpa unsur paksaan dalam beragama dan beraqidah.

 

Silakan berkomentar!

12 Tanggapan to “Kultwit Part 3”

  1. ok.. sip 🙂

  2. chikolah said

    blogwalking dan numpang baca…
    link back yah ^_^

  3. Rumah said

    nice post 🙂

    terima kasih juga untuk infonya ..

    Salam Persaudaraan ..

  4. pendra satriawan said

    cari teman ni gue anak akper umb cowox

  5. Abed Saragih said

    nice info 🙂

    kunjungan dan komentar balik ya gan

    salam perkenalan dari

    http://diketik.wordpress.com

    sekalian tukaran link ya…

    semoga semuanya sahabat blogger semakin eksis dan berjaya.

  6. Kontraktor said

    terima kasih ceritanya hehehe

  7. Abed Saragih said

    Wahh,,,Terima kasih untuk informasinya 🙂

    Keep Blogging 🙂

    http://www.disave.blogspot.com

    Salam Persahabatan.

Tinggalkan Balasan ke takpenting Batalkan balasan